STMJ
( Sholat Terus Maksiat Jalan )
Diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Seminar Pendidikan Agama Islam
Dosen
Pengampu : Dra. Hj. Kokom SI Komariah, M.Pd.
Makalah
Disusun
oleh :
Devi Darmasnyah
(1301660)
Iqbal Firmansyah (1301693)
Lugina Aditia (1301649)
Nanjar Nurmayesa (1301819)
PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN
FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2016
KATA
PENGANTAR
Dengan
memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dan dengan kuasa serta pertolongan-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini penulis mengambil
judul “STMJ ( Sholat Terus Maksiat Jalan
)”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas bagi Mata Seminar
Pendidikan Agama Islam.
Dalam
penyusunan makalah ini banyak pihak yang secara langsung maupun tidak langsung
membantu dalam penyelesaian makalah ini, sehingga dapat selesai tepat pada
waktunya, oleh karena itu pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan
terimakasih kepada:
1. Dosen yang telah memberikan bimbingan;
2. Orang tua dan teman-teman yang
senantiasa memberikan doa dan semangatnya apabila penulis mengalami hambatan.
Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyelesaian makalah ini masih terdapat
kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan adanya masukan, kritik
maupun saran yang membangun dari berbagai pihak untuk penyempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.
Bandung,
April 2016
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR ........................................................................................
i
DAFTAR
ISI ....................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
.................................................................................................1
1.3 Rumusan Masalah
............................................................................................2
1.4 Tujuan
..............................................................................................................2
1.5 Mafaat
..............................................................................................................2
BAB
II TINJAUAN TEORI
2.1 Dasar Teori
......................................................................................................3
BAB
III PEMBAHASAN
3.1 Istilah,
Pengertian, Penyebab dan Cara Menanggulangi STMJ.........................4
BAB
IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan dan
Saran ......................................................................................10
DAFTAR
PUSTAKA ........................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pada zaman
modern ini sudah tidak asing lagi bagi kita jikalau kita mendengar istilah STMJ
, kata ini berasal dari singkatan Sholat Terus Maksiat Jalan, yakni pada dasar
nya orang-orang itu melakukan sholat namun juga orang itu melakukan maksiat,
hal ini membuat kita semua saling prihatin dengan kehidupan di zaman modern
ini, karena umat manusia pada akhir zaman ini sudah banyak sekali yang diperbudak
oleh hawa nafsunya sendiri.
Oleh karena
itu meskipun dia rajin sholat nya , rajin puasanya dan lain2 tapi tetap orang
itu selalu terkena tipu daya syetan atau pun hawa nafsu untuk melakukan suatu
hal yang menimbulkan maksiat, meskipun orang itu sangat rajin sholat nya namun
percuma saja bila dalam sholat nya itu masih sekedar memenuhi kewajiban semata
dan bukan mengharapkan Ridha Allah SWT. Oleh karena itu kita mudah terkena tipu
daya yang membawa kita ke arah kejahatan atau kepada perbuatan keji dan
mungkar.
Shalat yang mampu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar
adalah shalat yang sempurna. Yaitu shalat yang sesuai dengan ajaran Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam, dengan senantiasa menghadirkan hati serta
menunaikan syarat-syarat dan rukun-rukun shalat, Tidak semua shalat bisa
mencegah perbuatan keji dan mungkar, tetapi yang bisa mencegahnya adalah shalat
yang ditegakkan sesuai dengan tata cara shalat yang benar.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang ditinjau
antara lain:
1.2.1 Apa pengertian STMJ ?
1.2.2 Apa penyebab terjadinya STMJ ?
1.2.3 Bagaimana cara menanggulanginya ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian STMJ
1.3.2 Untuk mengetahui penyebab terjadinya STMJ
1.3.3 Untuk mengetahui bagaimana cara menanggulangi
STMJ tersebut
1.4 Manfaat
Makalah ini disusun dengan harapan
memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis
makalah ini berguna sebagai pemberitahuan mengenai Bagaimana Cara mencegah agar
tidak teradi nya Sholat Terus Maksiat Jalan ( STMJ ) . Secara praktisi makalah
ini diharapkan bermanfaat bagi :
1. Penulis, sebagai wahana penambah
pengetahuan dan konsep ilmu, khususnya tentang Prilaku Sholat Terus tapi ko
maksiat tetep jalan.
2. Pembaca, sebagai media informasi
tentang bagaimana cara menyikapi dan bagaimana cara menanggulangi prilaku atau
kebiasaan STMJ ini, baik secara teoritis maupun secara praktis.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Dasar
Teori
Tidak semua shalat
bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar, tetapi yang bisa mencegahnya adalah
shalat yang ditegakkan sesuai dengan
tata cara shalat yang benar.
Allah Ta’ala berfirman,
{…وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى
عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ }
Artinya: “…dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan fahsya
(dosa-dosa yang diburukkan oleh syariat, akal dan nurani manusia, lebih banyak
dipakai dalam arti zina dan yang semisal dengannya) dan mungkar (segala macam
bentuk dosa dan kesalahan)”. (QS. Al Ankabut: 45)
Selanjutnya, yang harus dilakukan kepada orang
seperti ini adalah menasehatinya dengan lembut dan perkataan yang baik, dengan
menjelaskan bahwa seorang hamba Allah Ta’ala semestinya harus benar-benar total
dalam menghambakan dirinya kepada Allah Ta’ala, tidak setengah-setengah sesuai
dengan kehendak hawa nafsunya.
Allah Ta’ala berfirman:
{ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ
الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ} [البقرة: 208]
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam
Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan.
Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu”. (QS. Al Baqarah: 208)
BAB III
ISI DAN
PEMBAHASAN
3.1
Istilah, Pengertian, Penyebab dan Cara Menanggulangi STMJ
Istilah STMJ (Sholat
Terus Maksiat Jalan) rasanya sudah tidak asing lagi di telinga kita.
Masyarakatpun sudah mengerti bahwa perbuatan seperti itu adalah suatu yang
sangat tidak baik. Semua ustad dalam setiap ceramahnya selalu menyindir orang
orang yang STMJ tersebut. Baik itu sindiran yang bernada candaan atau yang
serius. Yang sering saya dengar di masyarakat adalah sindiran yang bernada candaan.
Ulama menyampaikan istilah STMJ itu dengan bercanda, mungkin itulah sebabnya
masyarakat seolah – olah tidak terpengaruh dengan apa yang disampaikan.
"Shalat yang mampu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar
adalah shalat yang sempurna. Yaitu shalat yang sesuai dengan ajaran Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam, dengan senantiasa menghadirkan hati serta
menunaikan syarat-syarat dan rukun-rukun shalat, sebagaimana yang dijelaskan
dalam tuntunan Nabi shallallahu’alaihi wasallam".
Tidak semua shalat
bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar, tetapi yang bisa mencegahnya adalah
shalat yang ditegakkan sesuai dengan
tata cara shalat yang benar.
Allah Ta’ala
berfirman,
{…وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى
عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ }
Artinya: “…dan
dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan fahsya
(dosa-dosa yang diburukkan oleh syariat, akal dan nurani manusia, lebih banyak
dipakai dalam arti zina dan yang semisal dengannya) dan mungkar (segala macam
bentuk dosa dan kesalahan)”. (QS. Al Ankabut: 45)
Fahsya: dosa-dosa yang
diburukkan oleh syariat, akal dan nurani manusia, lebih banyak dipakai dalam
arti zina dan yang semisal dengannya.
Mungkar: segala macam
bentuk dosa dan kesalahan.
Dari ayat ini kita bisa mengambil sebuah pelajaran, bahwa shalat
mencegah dari perbuatan fahsya dan mungkar, tetapi perlu diingat shalat yang
mencegah perbuatan fahsya dan mungkar adalah shalat yang disempurnakan di
dalamnya rukun-rukun, kewajiban-kewajiban serta kekhusyu’annya.
Al Baidhawi berkata di dalam kitab tafsir:
“Shalatnya akan menjadi sebab untuk menghentikan maksiat-maksiat, ketika dia
sibuk dengan shalatnya atau sibuk dengan selainnya dari amalan yang
mengingatkan kepada Allah dan mewariskan kepada dirinya perasaan takut kepada-Nya.
(Lihat Tafsir Al Baidhawi)
Akan tetapi siapa yang shalat, lalu dia juga
melakukan fahsya dan mungkar, maka dia telah mencampurkan amal shalih dengan
keburukan, jika dosanya lebih banyak daripada pahalanya maka dia akan binasa
pada hari kiamat kecuali jika dia mendapatkan rahmat Allah Ta’ala. Selanjutnya,
yang harus dilakukan kepada orang seperti ini adalah menasehatinya dengan
lembut dan perkataan yang baik, dengan menjelaskan bahwa seorang hamba Allah
Ta’ala semestinya harus benar-benar total dalam menghambakan dirinya kepada
Allah Ta’ala, tidak setengah-setengah sesuai dengan kehendak hawa nafsunya.
Allah Ta’ala berfirman:
{ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ
الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ} [البقرة: 208]
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam
Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan.
Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu”. (QS. Al Baqarah: 208)
Mujahid rahimahullah berkata: “Kerjakanlah seluruh amal dan
perbutan baik”.
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Masuklah kalian ke dalam
syari’at Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan janganlah kalian
tinggalkan sedikitpun darinya, hal itu sudah mencukupi untuk beriman kepada
kitab Taurat dan apa yang ada di dalamnya. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir). Wallahu
a’lam.
mari perhatikan
perkataan yang sangat bermakna dari ulama ahli tafsir abad ke 14 Hijriyyah,
Syeikh Al ‘Allamah
Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah:
ووجه كون الصلاة تنهى عن الفحشاء
والمنكر، أن العبد المقيم لها، المتمم لأركانها وشروطها وخشوعها، يستنير قلبه،
ويتطهر فؤاده، ويزداد إيمانه، وتقوى رغبته في الخير، وتقل أو تعدم رغبته في الشر،
فبالضرورة، مداومتها والمحافظة عليها على هذا الوجه، تنهى عن الفحشاء والمنكر،
فهذا من أعظم مقاصدها وثمراتها. وثَمَّ في الصلاة مقصود أعظم من هذا وأكبر، وهو ما
اشتملت عليه من ذكر اللّه، بالقلب واللسان والبدن. فإن اللّه تعالى، إنما خلق
الخلق لعبادته، وأفضل عبادة تقع منهم الصلاة، وفيها من عبوديات الجوارح كلها، ما
ليس في غيرها، ولهذا قال: { وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ }
Artinya: “Sisi keberadaan shalat mencegah dari perbuatan
fahsya dan mungkar yaitu; ketika seorang hamba yang mendirikan shalat,
menyempurnakan akan rukun-rukun, syarat-syarat dan kekhusyu’annya, maka hatinya
akan bersih, perasaannya akan jernih, imannya akan bertambah, bertambah kuat
keinginannya untuk melaksanakan kebaikan dan berkurang atau hilang keinginannya
untuk mengerjakan keburukan, makanya pastinya, dengan selalu mengerjakan dan
menjaga shalat dalam keadaan yang seperti ini, maka shalatnya akan mencegah
dari perbuatan fahsya dan mungkar. Dan ini termasuk dari tujuan dan hasil yang
sangat agung dari shalat tersebut. Kemudian di dalam shalat juga, terdapat
tujuan yang lebih agung dan lebih besar dari ini, yaitu apa yang terkumpul di
dalamnya berupa mengingat Allah baik dengan hati, lisan dan badan. Karena
sesungguhnya Allah Ta’ala menciptakan makhluknya hanya untuk beribadah
kepada-Nya, dan ibadah yang paling utama dari mereka (para makhluk) adalah shalat,
karena di dalamnya terdapat pengabdian seluruh anggota tubuh yang tidak
terdapat dalam ibadah lain, oleh sebab inilah Allah Ta’ala berfirman:
{ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ }
“Dan mengingat Allah adalah lebih
agung”. (Lihat kitab Taisir Al Karim Ar Rahman, karya As Sa’di)
Kalau sudah difahami hal di atas, jadi permasalahannya bukan
pada penegasan yang ada pada ayatnya, tetapi lebih kepada pelaku shalat itu
sendiri yang kurang menyempurnakan rukun, kewajiban atau khusyu’nya sehingga
shalatnya tidak berfungsi sebagaimana yang ditegaskan di dalam ayat yang mulia.
Shalat bukan hanya sekedar gerakan-gerakan tubuh yang tidak meninggalkan
pengaruh dan bekas positif dalam kehidupan sehari-hari agar senantiasa selalu
taat kepada Allah Ta’ala.
lalu, memang benar bahwa tidak ada seorangpun yang
mengetahui amalannya ditolak atau diterima Allah Ta’ala, karena hal itu adalah
hak Allah Ta’ala semata tiada sekutu bagi-Nya. Hal ini juga dikarenakan manusia
adalah makhluk yang kemampuan penalarannya terbatas, tidak mengetahui apakah
pelaku dari sebuah ibadah itu, ketika dia melakukannya benar-benar ikhlas atau
tidak. Oleh sebab itulah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
« إِنَّ الرَّجُلَ لَيَنْصَرِفُ وَمَا
كُتِبَ لَهُ إِلاَّ عُشْرُ صَلاَتِهِ تُسْعُهَا ثُمُنُهَا سُبُعُهَا سُدُسُهَا
خُمُسُهَا رُبُعُهَا ثُلُثُهَا نِصْفُهَا ».
Artinya:
“Sesungguhnya seseorang menyelesaikan (shalatnya) dan tidak dituliskan baginya
melainkan 1/10, 1/9, 1/8, 1/7, 1/6, 1/5, 1/4, 1/3 dan ½ dari shalatnya”. (HR.
Abu Daud dan dihasankan oleh Al Albani di dalam kitab Shahih Abu Daud)
Yang dimaksudkan shalat dalam ayat di atas adalah shalat
yang engkau lakukan dengan tata cara yang benar. (Silsilah Al-Liqa’ Asy-Syahri
ke-1)
Dan hadtis ini:
“Amal hamba yang pertama kali dihisab
pada hari kiamat adalah sholat. Apabila sholatnya baik maka sungguh dia telah
berbahagia dan selamat. Dan apabila jelek sholatnya maka dia telah binasa dan
merugi” (HR. Baihaqi)
Dari
ayat dan hadits tersebut, dapat kita fahami bahwa sholat adalah pondasi
keimanan kita dan bisa menjadi benteng dalam menjaga diri kita dari
pelanggaran-pelangaran dan maksiyat, tetapi nyatanya kok banyak dari kita yang
sepertinya masih melakukan pelanggaran-pelanggaran, maksiat, dll padahal kita sudah
melakukan ibadah sholat.
Sementara untuk shalatmu yang tidak bisa mencegahmu dari
perbuatan mungkar, mungkin karena ada yang kurang dalam shalatmu.
Banyak muslim yg melaksanakan
ibadah sholat, tapi.. :
Sholat iya, tetapi masih suka berbohong.
Sholat iya, tetapi masih suka melakukan
pelanggaran-pelanggaran.
Sholat iya, tetapi masih banyak
pejabat-pejabat yang masih melakukan suap menyuap/korupsi
Hal-hal yang telah disebutkan diatas
sering juga disebut atau bisa disingkat dengan STMJ (Sholat Terus Maksiat
Jalan)
Padahal STMJ itu
merupakan perbuatan yang sangat berbahaya dan sangat dibenci oleh Allah. Namun
sayangnya umat manusia pada zaman sekarang ini telah banyak yang terjerumus
kedalam godaan nafsu syetan yang menyebabkan orang- orang tersebut menjadi STMJ
terutama hal ini sering terjadi dikalangan anak muda.
Tidak hanya dikalangan
anak muda bahkan dikalangan orang dewasa pun STMJ ini selalu dilakukan dan bagi
orang yang terlalu masuk kepada syariat atau hukum islam pun masih ada saja yang
melakukan STMJ ini.
Contohnya seperti
kejadian Bom Bunuh diri yang dilakukan oleh orang-orang yang fanatic dengan
agama dan menyatakan bahwa dirinya sebagai mati syahid karena telah berjuang
dijalan Alloh SWT. Namun dalam kenyataannya mereka pun banyak membunuh umat
muslim yang tidak bersalah dan membunuh dirinya sendiri. Padahal mereka itu
sangat rajin sholat nya , puasanya dan rajin mengkaji tentang ajaran islam.
Ø Penyebab
banyak terjadinya STMJ
1. Dari
Cara Berpikir kita
-
Hanya sekedar menggugurkan kewajiban, jadi pada umumnya orang-orang lebih
mementingkan agar sholatnya tersebut cepat selesai atau sering disebut juga
lebih cepat lebih baik, yang penting sudah sholat dan merasa sudah melakukan
kewajibannya. Sholat seperti ini kurang benar karena hanya mengejar target dan
tidak memikirkan apakah sholat tersebut sudah benar ataukah tidak.
2. Dari
pelaksanaan sholat kita
-
Sekedar membaca dan bergerak, jadi kebanyakan dari kita sholat nya itu tidak
dilandasi dengan keimanan yang kuat dan tidak menyadari bahwa kita sholat itu
sedang berhadapan langsung dengan Allah SWT.
Ø Cara
menanggulangi terjadinya STMJ
-
Perbaiki tujuan sholat kita, jadi pada saat kita melakukan sholat itu hanya
bertuju dan berserah diri kepada Allah SWT
-
Bersyukur dan Merasa butuh kepada Allah SWT, Jadi pada hakikatnya kita harus
bersyukur atas nikmat yang telah Allah SWT berikan dan hanya kepada- Nya lah
kita berserah diri untuk mendapatkan julukan ahli Surga.
- Niatkan dengan hati
yang tulus, jadi pada dasarnya kita harus berniat dengan sungguh-sungguh dan
ikhlas agar sholat kita lebih hikmat dan khusyuk.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan dan Saran
Jadi kesimpulan dari
ini adalah:
1. Jadikan sholat kita sebagai sarana untuk bersyukur kepada allah SWT dan
menunjukkan bahwa kita membutuhkan rahmat dan ridhoNya
2. Jadikan sholat itu sebagai kegiatan berbicara dengan allah, menghadap kepada
alloh dan meminta kepadaNya agar diberi petunjuk dan diselamatkan dari
siksaanNya.
3. Dengan merasakan kedekatan kita dengan alloh, maka kita akan semakin
mutawari/hati2 dalam beraktifitas sehari2 dan lebih termotivasi untuk beribadah
dengan sungguh2 dan penuh semangat.
DAFTAR PUSTAKA
https://moslemsunnah.wordpress.com/2011/05/29/shalat-tapi-masih-maksiat/.html diakses pada 1 april 2016 pukul 20.15 wib