Selasa, 05 April 2016

contoh rpp anak berkebutuhan khusus

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Sekolah                       : SLB Ngamprah Raya
Kelas / Semester       : VI / 2
Mata Pelajaran          : Olahraga
Tema                              : Gerakan renang gaya bebas
                                    Alokasi Waktu            : 6 Jam Pelajaran ( 3 kali Pertemuan)


Kompetensi Inti :
1.      Proses pembelajaran renang         
Standar Kompetensi :
1.      Memahami gerakan renang
Standar Kompetensi Dasar :
1.      Mempelajari gerakan renang  gaya bebas
Iidikator :
1.      Siswa mengetahui, memahami dan dapat melakukan gerakan renang gaya bebas

A.     Tujuan Pembelajaran :
Pertemuan 1 :
Peserta didik dapat :
1.      Mengetahui cara membuang nafas di air
2.      Melakukan luncuran dari pinggir kolam ke dalam kolam renang
3.      Mempraktekan cara mengapung di permukaan air
4.      Melakukan gerakan kaki

Pertemuan 2:
1.      Melakukan gerakan tangan
2.      Mempraktekan pembuangan nafas kanan dan kiri

Pertemuan 3 :
1.      Melakukan Kombinasi kaki, tangan dan nafas

Karakter siswa yang diharapkan :
1.      Disiplin
2.      Berani
3.      Tekun
4.      Ketelitian
5.      Tenang

B.     Materi Pembelajaran :
1.      Gerakan renang gaya bebas
2.      Gerakan basic berenang

C.      Metode Pembelajaran
1.     Strategi Pembelajaran
-          Strategi kelompok room, karena untuk lebih memudahkan dalam proses pembelajaran

2.      Pendekatan pembelajaran
-          Pendekatan kontinuitas, karena kita harus memberi pembelajaran yang secara terus menerus dan terprogram.

3.      Metode
-          Pengarahan
-          Praktek
-          Pengamatan



4.     Tekhnik penyampaian
-          Secara persuasif , karena kita mengajarkan anak difable jadi perlu kepandaian mengajak siswa agar tertarik dan mengikuti proses pembelajaran

5.     Gaya penyampaian
-          Menghibur
-          Menarik
-          Inovatif

-          Kreatif

MAKALAH SHOLAT TERUS MAKSIAT JALAN ( STMJ )

STMJ ( Sholat Terus Maksiat Jalan )
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Seminar Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu : Dra. Hj. Kokom SI Komariah, M.Pd.
  Makalah






Disusun oleh :
Devi Darmasnyah     (1301660)
Iqbal Firmansyah      (1301693)
Lugina Aditia            (1301649)
Nanjar Nurmayesa   (1301819)


PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN
FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2016

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dan dengan  kuasa serta pertolongan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini penulis mengambil judul “STMJ ( Sholat Terus Maksiat Jalan )”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas bagi Mata Seminar Pendidikan Agama Islam.
Dalam penyusunan makalah ini banyak pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu dalam penyelesaian makalah ini, sehingga dapat selesai tepat pada waktunya, oleh karena itu pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1.         Dosen yang telah memberikan bimbingan;
2.         Orang tua dan teman-teman yang senantiasa memberikan doa dan semangatnya apabila penulis mengalami hambatan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyelesaian makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan adanya masukan, kritik maupun saran yang membangun dari berbagai pihak untuk penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

                                                                                                                       
Bandung, April 2016

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................1
1.3 Rumusan Masalah ............................................................................................2
1.4 Tujuan ..............................................................................................................2
1.5 Mafaat ..............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Dasar Teori  ......................................................................................................3
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Istilah, Pengertian, Penyebab dan Cara Menanggulangi STMJ.........................4
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan dan Saran ......................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................11






BAB I
PENDAHULUAN

1.1                   Latar Belakang
Pada zaman modern ini sudah tidak asing lagi bagi kita jikalau kita mendengar istilah STMJ , kata ini berasal dari singkatan Sholat Terus Maksiat Jalan, yakni pada dasar nya orang-orang itu melakukan sholat namun juga orang itu melakukan maksiat, hal ini membuat kita semua saling prihatin dengan kehidupan di zaman modern ini, karena umat manusia pada akhir zaman ini sudah banyak sekali yang diperbudak oleh hawa nafsunya sendiri.
Oleh karena itu meskipun dia rajin sholat nya , rajin puasanya dan lain2 tapi tetap orang itu selalu terkena tipu daya syetan atau pun hawa nafsu untuk melakukan suatu hal yang menimbulkan maksiat, meskipun orang itu sangat rajin sholat nya namun percuma saja bila dalam sholat nya itu masih sekedar memenuhi kewajiban semata dan bukan mengharapkan Ridha Allah SWT. Oleh karena itu kita mudah terkena tipu daya yang membawa kita ke arah kejahatan atau kepada perbuatan keji dan mungkar.
Shalat yang mampu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar adalah shalat yang sempurna. Yaitu shalat yang sesuai dengan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, dengan senantiasa menghadirkan hati serta menunaikan syarat-syarat dan rukun-rukun shalat, Tidak semua shalat bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar, tetapi yang bisa mencegahnya adalah shalat yang ditegakkan sesuai dengan tata cara shalat yang benar.



1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang ditinjau antara lain:
1.2.1 Apa pengertian STMJ ?
1.2.2 Apa penyebab terjadinya STMJ ?
1.2.3 Bagaimana cara menanggulanginya ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian STMJ
1.3.2 Untuk mengetahui penyebab terjadinya STMJ
1.3.3 Untuk mengetahui bagaimana cara menanggulangi STMJ tersebut

1.4 Manfaat
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai pemberitahuan mengenai Bagaimana Cara mencegah agar tidak teradi nya Sholat Terus Maksiat Jalan ( STMJ ) . Secara praktisi makalah ini diharapkan bermanfaat bagi :
1. Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep ilmu, khususnya tentang Prilaku Sholat Terus tapi ko maksiat tetep jalan.
2. Pembaca, sebagai media informasi tentang bagaimana cara menyikapi dan bagaimana cara menanggulangi prilaku atau kebiasaan STMJ ini, baik secara teoritis maupun secara praktis.




BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Dasar Teori
Tidak semua shalat bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar, tetapi yang bisa mencegahnya adalah shalat yang ditegakkan sesuai dengan tata cara shalat yang benar.
Allah Ta’ala berfirman,
{…وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ }

Artinya: “…dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan fahsya (dosa-dosa yang diburukkan oleh syariat, akal dan nurani manusia, lebih banyak dipakai dalam arti zina dan yang semisal dengannya) dan mungkar (segala macam bentuk dosa dan kesalahan)”. (QS. Al Ankabut: 45)
Selanjutnya, yang harus dilakukan kepada orang seperti ini adalah menasehatinya dengan lembut dan perkataan yang baik, dengan menjelaskan bahwa seorang hamba Allah Ta’ala semestinya harus benar-benar total dalam menghambakan dirinya kepada Allah Ta’ala, tidak setengah-setengah sesuai dengan kehendak hawa nafsunya.

 Allah Ta’ala berfirman:
{ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ} [البقرة: 208]

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu”. (QS. Al Baqarah: 208)
BAB III
ISI DAN PEMBAHASAN

3.1 Istilah, Pengertian, Penyebab dan Cara Menanggulangi STMJ

Istilah STMJ (Sholat Terus Maksiat Jalan) rasanya sudah tidak asing lagi di telinga kita. Masyarakatpun sudah mengerti bahwa perbuatan seperti itu adalah suatu yang sangat tidak baik. Semua ustad dalam setiap ceramahnya selalu menyindir orang orang yang STMJ tersebut. Baik itu sindiran yang bernada candaan atau yang serius. Yang sering saya dengar di masyarakat adalah sindiran yang bernada candaan. Ulama menyampaikan istilah STMJ itu dengan bercanda, mungkin itulah sebabnya masyarakat seolah – olah tidak terpengaruh dengan apa yang disampaikan.
"Shalat yang mampu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar adalah shalat yang sempurna. Yaitu shalat yang sesuai dengan ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, dengan senantiasa menghadirkan hati serta menunaikan syarat-syarat dan rukun-rukun shalat, sebagaimana yang dijelaskan dalam tuntunan Nabi shallallahu’alaihi wasallam".
Tidak semua shalat bisa mencegah perbuatan keji dan mungkar, tetapi yang bisa mencegahnya adalah shalat yang ditegakkan sesuai dengan tata cara shalat yang benar.
Allah Ta’ala berfirman,
{…وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ }

Artinya: “…dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan fahsya (dosa-dosa yang diburukkan oleh syariat, akal dan nurani manusia, lebih banyak dipakai dalam arti zina dan yang semisal dengannya) dan mungkar (segala macam bentuk dosa dan kesalahan)”. (QS. Al Ankabut: 45)

Fahsya: dosa-dosa yang diburukkan oleh syariat, akal dan nurani manusia, lebih banyak dipakai dalam arti zina dan yang semisal dengannya.



Mungkar: segala macam bentuk dosa dan kesalahan.
Dari ayat ini kita bisa mengambil sebuah pelajaran, bahwa shalat mencegah dari perbuatan fahsya dan mungkar, tetapi perlu diingat shalat yang mencegah perbuatan fahsya dan mungkar adalah shalat yang disempurnakan di dalamnya rukun-rukun, kewajiban-kewajiban serta kekhusyu’annya.

Al Baidhawi berkata di dalam kitab tafsir: “Shalatnya akan menjadi sebab untuk menghentikan maksiat-maksiat, ketika dia sibuk dengan shalatnya atau sibuk dengan selainnya dari amalan yang mengingatkan kepada Allah dan mewariskan kepada dirinya perasaan takut kepada-Nya. (Lihat Tafsir Al Baidhawi)

Akan tetapi siapa yang shalat, lalu dia juga melakukan fahsya dan mungkar, maka dia telah mencampurkan amal shalih dengan keburukan, jika dosanya lebih banyak daripada pahalanya maka dia akan binasa pada hari kiamat kecuali jika dia mendapatkan rahmat Allah Ta’ala. Selanjutnya, yang harus dilakukan kepada orang seperti ini adalah menasehatinya dengan lembut dan perkataan yang baik, dengan menjelaskan bahwa seorang hamba Allah Ta’ala semestinya harus benar-benar total dalam menghambakan dirinya kepada Allah Ta’ala, tidak setengah-setengah sesuai dengan kehendak hawa nafsunya.

 Allah Ta’ala berfirman:
{ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ} [البقرة: 208]

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu”. (QS. Al Baqarah: 208)

Mujahid rahimahullah berkata: “Kerjakanlah seluruh amal dan perbutan baik”.
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Masuklah kalian ke dalam syari’at Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan janganlah kalian tinggalkan sedikitpun darinya, hal itu sudah mencukupi untuk beriman kepada kitab Taurat dan apa yang ada di dalamnya. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir). Wallahu a’lam.

mari perhatikan perkataan yang sangat bermakna dari ulama ahli tafsir abad ke 14 Hijriyyah, Syeikh Al ‘Allamah Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah:

ووجه كون الصلاة تنهى عن الفحشاء والمنكر، أن العبد المقيم لها، المتمم لأركانها وشروطها وخشوعها، يستنير قلبه، ويتطهر فؤاده، ويزداد إيمانه، وتقوى رغبته في الخير، وتقل أو تعدم رغبته في الشر، فبالضرورة، مداومتها والمحافظة عليها على هذا الوجه، تنهى عن الفحشاء والمنكر، فهذا من أعظم مقاصدها وثمراتها. وثَمَّ في الصلاة مقصود أعظم من هذا وأكبر، وهو ما اشتملت عليه من ذكر اللّه، بالقلب واللسان والبدن. فإن اللّه تعالى، إنما خلق الخلق لعبادته، وأفضل عبادة تقع منهم الصلاة، وفيها من عبوديات الجوارح كلها، ما ليس في غيرها، ولهذا قال: { وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ }

Artinya: “Sisi keberadaan shalat mencegah dari perbuatan fahsya dan mungkar yaitu; ketika seorang hamba yang mendirikan shalat, menyempurnakan akan rukun-rukun, syarat-syarat dan kekhusyu’annya, maka hatinya akan bersih, perasaannya akan jernih, imannya akan bertambah, bertambah kuat keinginannya untuk melaksanakan kebaikan dan berkurang atau hilang keinginannya untuk mengerjakan keburukan, makanya pastinya, dengan selalu mengerjakan dan menjaga shalat dalam keadaan yang seperti ini, maka shalatnya akan mencegah dari perbuatan fahsya dan mungkar. Dan ini termasuk dari tujuan dan hasil yang sangat agung dari shalat tersebut. Kemudian di dalam shalat juga, terdapat tujuan yang lebih agung dan lebih besar dari ini, yaitu apa yang terkumpul di dalamnya berupa mengingat Allah baik dengan hati, lisan dan badan. Karena sesungguhnya Allah Ta’ala menciptakan makhluknya hanya untuk beribadah kepada-Nya, dan ibadah yang paling utama dari mereka (para makhluk) adalah shalat, karena di dalamnya terdapat pengabdian seluruh anggota tubuh yang tidak terdapat dalam ibadah lain, oleh sebab inilah Allah Ta’ala berfirman:
{ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ }

“Dan mengingat Allah adalah lebih agung”. (Lihat kitab Taisir Al Karim Ar Rahman, karya As Sa’di)

Kalau sudah difahami hal di atas, jadi permasalahannya bukan pada penegasan yang ada pada ayatnya, tetapi lebih kepada pelaku shalat itu sendiri yang kurang menyempurnakan rukun, kewajiban atau khusyu’nya sehingga shalatnya tidak berfungsi sebagaimana yang ditegaskan di dalam ayat yang mulia. Shalat bukan hanya sekedar gerakan-gerakan tubuh yang tidak meninggalkan pengaruh dan bekas positif dalam kehidupan sehari-hari agar senantiasa selalu taat kepada Allah Ta’ala.

lalu, memang benar bahwa tidak ada seorangpun yang mengetahui amalannya ditolak atau diterima Allah Ta’ala, karena hal itu adalah hak Allah Ta’ala semata tiada sekutu bagi-Nya. Hal ini juga dikarenakan manusia adalah makhluk yang kemampuan penalarannya terbatas, tidak mengetahui apakah pelaku dari sebuah ibadah itu, ketika dia melakukannya benar-benar ikhlas atau tidak. Oleh sebab itulah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

« إِنَّ الرَّجُلَ لَيَنْصَرِفُ وَمَا كُتِبَ لَهُ إِلاَّ عُشْرُ صَلاَتِهِ تُسْعُهَا ثُمُنُهَا سُبُعُهَا سُدُسُهَا خُمُسُهَا رُبُعُهَا ثُلُثُهَا نِصْفُهَا ».

Artinya: “Sesungguhnya seseorang menyelesaikan (shalatnya) dan tidak dituliskan baginya melainkan 1/10, 1/9, 1/8, 1/7, 1/6, 1/5, 1/4, 1/3 dan ½ dari shalatnya”. (HR. Abu Daud dan dihasankan oleh Al Albani di dalam kitab Shahih Abu Daud)

Yang dimaksudkan shalat dalam ayat di atas adalah shalat yang engkau lakukan dengan tata cara yang benar. (Silsilah Al-Liqa’ Asy-Syahri ke-1)
Dan hadtis ini:

“Amal hamba yang pertama kali dihisab pada hari kiamat adalah sholat. Apabila sholatnya baik maka sungguh dia telah berbahagia dan selamat. Dan apabila jelek sholatnya maka dia telah binasa dan merugi” (HR. Baihaqi)

            Dari ayat dan hadits tersebut, dapat kita fahami bahwa sholat adalah pondasi keimanan kita dan bisa menjadi benteng dalam menjaga diri kita dari pelanggaran-pelangaran dan maksiyat, tetapi nyatanya kok banyak dari kita yang sepertinya masih melakukan pelanggaran-pelanggaran, maksiat, dll padahal kita sudah melakukan ibadah sholat.

Sementara untuk shalatmu yang tidak bisa mencegahmu dari perbuatan mungkar, mungkin karena ada yang kurang dalam shalatmu.

Banyak muslim yg melaksanakan ibadah sholat, tapi.. :
Sholat iya, tetapi masih suka berbohong.
Sholat iya, tetapi masih suka melakukan pelanggaran-pelanggaran. 
Sholat iya, tetapi masih banyak pejabat-pejabat yang masih melakukan suap menyuap/korupsi
Hal-hal yang telah disebutkan diatas sering juga disebut atau bisa disingkat dengan STMJ (Sholat Terus Maksiat Jalan)

Padahal STMJ itu merupakan perbuatan yang sangat berbahaya dan sangat dibenci oleh Allah. Namun sayangnya umat manusia pada zaman sekarang ini telah banyak yang terjerumus kedalam godaan nafsu syetan yang menyebabkan orang- orang tersebut menjadi STMJ terutama hal ini sering terjadi dikalangan anak muda.

Tidak hanya dikalangan anak muda bahkan dikalangan orang dewasa pun STMJ ini selalu dilakukan dan bagi orang yang terlalu masuk kepada syariat atau hukum islam pun masih ada saja yang melakukan STMJ ini.

Contohnya seperti kejadian Bom Bunuh diri yang dilakukan oleh orang-orang yang fanatic dengan agama dan menyatakan bahwa dirinya sebagai mati syahid karena telah berjuang dijalan Alloh SWT. Namun dalam kenyataannya mereka pun banyak membunuh umat muslim yang tidak bersalah dan membunuh dirinya sendiri. Padahal mereka itu sangat rajin sholat nya , puasanya dan rajin mengkaji tentang ajaran islam.

Ø  Penyebab banyak terjadinya STMJ  
1.      Dari Cara Berpikir kita
- Hanya sekedar menggugurkan kewajiban, jadi pada umumnya orang-orang lebih mementingkan agar sholatnya tersebut cepat selesai atau sering disebut juga lebih cepat lebih baik, yang penting sudah sholat dan merasa sudah melakukan kewajibannya. Sholat seperti ini kurang benar karena hanya mengejar target dan tidak memikirkan apakah sholat tersebut sudah benar ataukah tidak.
 2.   Dari pelaksanaan sholat kita
       - Sekedar membaca dan bergerak, jadi kebanyakan dari kita sholat nya itu tidak dilandasi dengan keimanan yang kuat dan tidak menyadari bahwa kita sholat itu sedang berhadapan langsung dengan Allah SWT.
Ø  Cara menanggulangi terjadinya STMJ
- Perbaiki tujuan sholat kita, jadi pada saat kita melakukan sholat itu hanya bertuju dan berserah diri kepada Allah SWT
- Bersyukur dan Merasa butuh kepada Allah SWT, Jadi pada hakikatnya kita harus bersyukur atas nikmat yang telah Allah SWT berikan dan hanya kepada- Nya lah kita berserah diri untuk mendapatkan julukan ahli Surga.
Niatkan dengan hati yang tulus, jadi pada dasarnya kita harus berniat dengan sungguh-sungguh dan ikhlas agar sholat kita lebih hikmat dan khusyuk.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan dan Saran
Jadi kesimpulan dari ini adalah:
1. Jadikan sholat kita sebagai sarana untuk bersyukur kepada allah SWT dan menunjukkan bahwa kita membutuhkan rahmat dan ridhoNya
2. Jadikan sholat itu sebagai kegiatan berbicara dengan allah, menghadap kepada alloh dan meminta kepadaNya agar diberi petunjuk dan diselamatkan dari siksaanNya.
3. Dengan merasakan kedekatan kita dengan alloh, maka kita akan semakin mutawari/hati2 dalam beraktifitas sehari2 dan lebih termotivasi untuk beribadah dengan sungguh2 dan penuh semangat.



DAFTAR PUSTAKA

https://moslemsunnah.wordpress.com/2011/05/29/shalat-tapi-masih-maksiat/.html  diakses pada 1 april 2016 pukul 20.15 wib